BINTANG DESEMBER
Podium penonton telah dipenuhi
oleh siswa- siswi dari berbagai sekolah. Aku merupakan satu dari seribu orang
yang memadati panggung SING AND DANCE COMPETITON yang diadakan oleh Presdir
Tamada. Beliau adalah salah satu manager terkenal di dunia hiburan.
Aku Anata Airen, panggil saja
Airen. Orang tuaku menamaiku Anata Airen agar menjadi seseorang yang dicintai
banyak orang. Namun sampai saat ini, seseorang yang telah menumbuhkan buih-
buih cinta dihatiku masih juga belum peka terhadap apa yang ku rasakan saat
ini.
Seharusnya hari ini aku ikut
dalam SING AND DANCE COPETITION, tapi sayangnya, kemarin kakiku terkilir saat
latihan. Mau tak mau aku harus digantikan dan menerima kenyataan pahit untuk
menjadi penyanyi fenomenal harus tertunda. LAGI.
“Airen, kau tak ikut? Huhh” Tanya seseorang yang sebelumnya
menepuk bahu kiriku. Orion, dialah orangnya. Pria yang sangat popular di
sekolah kami. Dia adalah kapten dance. Banyak sekali gadis yang
mengidolakannya. Termasuk yang duduk disini. Tapi sebisa mungkin kuredam
perasaanku padanya. Apa jadinya aku, jika Reina, sahabatku sendiri tau akan hal
itu. Reina mantan kekasih Orion. Dia masih sangat menyukai Orion. Namun entah
apa yang membuat hubungan mereka harus kandas di tengah jalan. Orion pernah
memintaku untuk menjadi kekasihnya. Namun, aku menolak. Karena aku masih
menghargai persahabatanku dengan Reina.
“Kau tak lihat? Kakiku terkilir! Dan itu gara-gara kau”
bentakku
“Maaf tapi gak usah ngebentak bias?” sahut Orion, lalu duduk
di sebelahku. Perlu diketahui bahwa aku dan orion sudah bersahabat sejak kecil.
Tak lama setelah itu, Reina
datang dan duduk di samping Orion. Hahh bagaikan pangeran yang dikawal dayang
sumbi dan dayang nambi. Waktu terus berjalan, hingga tiba giliran sekolahku.
Penggemar orion mulai bersahut-sahutan memekakkan gendang telinga.
“Give me O… Give me R… Give me I.. Give me O.. Give me N..
ORIONNNN……” mereka berteriak dengan semangat yang membara. Ku akui
penampilannya sungguh memukau.
SING AND DANCE COMPETITION kali
ini dimenangkan oleh Orion dan group nya.
Dengan begitu ia akan maju ke babak grand final yang akan di adakan
bulan Desember.
“Airen, thanks ya..” seseorang meletakkan gitar hitam merah
begitu saja. Yahh.. ini gitar kesayanganku. Aku menjawab ucapan terimakasih
dari Orion dengan senyuman.
“aku pulang dulu ya guys! Bye!” pamitku sambil meraih gitar
yang tergeletak di atas meja. Meskipun aku tak mengikuti perlombaan tadi, tapi
entah mengapa aku lelah. Aku jadi teringat kejadian saat Orion duduk diantara
Reina dan aku.
Sang surya telah kembali ke
peraduan. Bintang kembali menghiasi
langit malam. Aku sebagai penikmat bintang tak pernah lupa untuk selalu
mengamati keadaan mereka. Apakah mereka baik-baik saja? Ya, mereka selalu baik.
Ddrrttt… ddrrttt… ponselku bergetar tanda telepon masuk.
“Aku ditempat biasa, bias datang?” pesan singkat dari Orion
“Ngapain? Males ahh..” balasku
“Mengamati tata surya, langit lagi bersahabat lho”
“What? Sejak kapan kau menjadi penikmat tata surya?” ku
matikan telepon itu denga sembarang.
Aku bangkit dan bergegas ke
samping rumah. Orion duduk dengan santai sambil sesekali mengayunkan ayunan.
Tempat ini selalu menjadi sejarahku dan Orion. Bahkan saking lamanya cat ayunan
itu sampai mengelupas.
“Sejak kapan kau jadi suka melihat bintang?” tanyaku saat
mendapatinya menatap ke atas
“baru saja, aku sangat senang memandanginya. So, kalau kamu
kangen sama aku lihat aja bintang yang paling bersinar
“What? Gw kangen sama lo?”
“haha..” Orion tertawa, sungguh belum pernah ia tersenyum
semanis itu. Kami berbincang cukup lama.
Sebelum pulang orion berkata
“besok pagi berangkat sekolah aku jemput ya”
“enggak ah, terima kasih. Aku diantar ayah saja”
“ini kali terakhirku…” belum sempat dia menyelesaikan
ucapannya
“Baiklah kau boleh menjemputku besok”
“Aaarrgghh..” Orion memegang dadanya
“kau baik Orion?” “ ya, aku sangat baik”
Aku berdiri dan baru selangkah aku melangkah, Orion
manahanku.
“Airen, bolehkan aku memelukmu?” ku angkat sebelah alisku
“Kali in saja” ucapnya begitu lembut
Aku berfikir sejenak dan belulm sempat
aku menjawab, ia telah berhasil menenggelamkanku dalam pelukannya.
“apa maksudmu? Kenapa kau seperti ini?” tanyaku
“diamlah, kau boleh membuka kotak yang kita pendam 7 tahun
lalu”
“tidak, aku mau membukanya bersamamu”
“bukalah sendiri. Tanggal 04 Desember kau boleh melihatku di
grand final, aku akan menunjukkan padamu bahwa aku bias menjadi bintang diatas
panggung. Itu kan yang kita inginkan waktu kecil?” lalu ia melepaskan
pelukkannya dan pergi begitu saja”
Hari ini tanggal 04 Desember,
tiba dimana Orion beserta groupnya maju ke grand final. Aku bangun lebih awal
untuk mempersiapkan semuanya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu hubunganku
dengan Orion menjadi sangat dekat. Sebelum berangkat aku sempat mengecek
ponselku dan terdapat sebuah sms dengan nama ‘Orion’ terpajang dilayar.
“tolong jaga baik-baik persahabatan kita, meskipun salah
satu diantara kita pergi jauh! Dan aku titip group danceku! Aku mencintaimu!”
“apa maksudnya? Hahh…” ku abaikan pesan singkat itu, lalu
bergegas berangkat sekolah.
Namun belum sempat aku keluar
kamar, Mama Papa sudah berada diambang pintu. Dari raut muka mereka, terlihat
seperti orang berduka.
“ada apa ma? Seperti ada yang meninggal saja” tanyaku. Papa
menarik nafas panjang lalu berkata
“Airen, Orion.. dia.. dia tiada!” aku yang mendengar
perkataan papa seperti tak percaya. Orang yang selalu berada disampingku kini
telah tiada? Aku yakin mama dan papa hanya bercanda saja.
“kalian bercanda? Mana mungkin semua ini terjadi?”
Tapi takdir berkata lain. Orion,
kenapa dia harus pergi secepat ini? Disaat dia mulai bisa mencintaiku. Kenapa
dia meninggalkanku.
“selama ini Orion melawan kanker otak. Ia meminta untuk tak
memberitahumu. Dia tak ingin kau terlalu memikirkannya”
Kali ini aku tak bisa menahan
benteng pertahananku. Air mata meluncur begitu saja membasahi pipiku. Aku
mengiringi kepergiannya menghadap Sang Pencipta. Sedih, aku sangat sedih di
tinggalkannya.
Malam ini, aku duduk termenung di
ayunan yang biasa ku mainkan dengan Orion. Sekarang ayunan itu hanya aku yang
menempati. Aku kembali menatap langit. Ku dapati bintang yang cahayanya begitu
terang. Dari mana di berasal? Sebelumnya mana ada bintang seterang itu? Sedetik kemudian aku teringat
Orion.
“kalau kamu kangen
sama aku, liat saja bintang yang paling bersinar”
Aku kangen. Kangen sama Orion.
Aku beranjak dari ayunan dan mulai mencari kotak yang ku pendam dengan Orion
tujuh tahun lalu.
Di dalam kotak itu, terdapat
lipatan kertas yang sudah sangat using. Disitu tertulis harapanku dan Orion. Ku
buka perlahan dan aku bisa mengenali tulisan itu “ ceker ayam” ejekku sewaktu
masih kecil.
“Aku ingin menjadi Bintang yang sangat terkenal di atas
panggung. Namun jika semua itu tak bisa ku raih. Aku hanya ingin menjadi
bintang dihatimu. Airen”
Air mataku kembali menets.
“Orion” sebutku dengan lirih
“apa kau bisa melihatku saat ini?”
“tak bisakan kau kembali lagi? Aku akan menunjukkan padamu
bahwa aku juga bisa menjadi bintang dihatimu. Bintang itu? Mungkinkah itu
dirimu?”
END