Selasa, 10 Maret 2015

BINTANG DESEMBER

BINTANG DESEMBER

Podium penonton telah dipenuhi oleh siswa- siswi dari berbagai sekolah. Aku merupakan satu dari seribu orang yang memadati panggung SING AND DANCE COMPETITON yang diadakan oleh Presdir Tamada. Beliau adalah salah satu manager terkenal di dunia hiburan.

Aku Anata Airen, panggil saja Airen. Orang tuaku menamaiku Anata Airen agar menjadi seseorang yang dicintai banyak orang. Namun sampai saat ini, seseorang yang telah menumbuhkan buih- buih cinta dihatiku masih juga belum peka terhadap apa yang ku rasakan saat ini.

Seharusnya hari ini aku ikut dalam SING AND DANCE COPETITION, tapi sayangnya, kemarin kakiku terkilir saat latihan. Mau tak mau aku harus digantikan dan menerima kenyataan pahit untuk menjadi penyanyi fenomenal harus tertunda. LAGI.

“Airen, kau tak ikut? Huhh” Tanya seseorang yang sebelumnya menepuk bahu kiriku. Orion, dialah orangnya. Pria yang sangat popular di sekolah kami. Dia adalah kapten dance. Banyak sekali gadis yang mengidolakannya. Termasuk yang duduk disini. Tapi sebisa mungkin kuredam perasaanku padanya. Apa jadinya aku, jika Reina, sahabatku sendiri tau akan hal itu. Reina mantan kekasih Orion. Dia masih sangat menyukai Orion. Namun entah apa yang membuat hubungan mereka harus kandas di tengah jalan. Orion pernah memintaku untuk menjadi kekasihnya. Namun, aku menolak. Karena aku masih menghargai persahabatanku dengan Reina.
“Kau tak lihat? Kakiku terkilir! Dan itu gara-gara kau” bentakku
“Maaf tapi gak usah ngebentak bias?” sahut Orion, lalu duduk di sebelahku. Perlu diketahui bahwa aku dan orion sudah bersahabat sejak kecil.

Tak lama setelah itu, Reina datang dan duduk di samping Orion. Hahh bagaikan pangeran yang dikawal dayang sumbi dan dayang nambi. Waktu terus berjalan, hingga tiba giliran sekolahku. Penggemar orion mulai bersahut-sahutan memekakkan gendang telinga.

“Give me O… Give me R… Give me I.. Give me O.. Give me N.. ORIONNNN……” mereka berteriak dengan semangat yang membara. Ku akui penampilannya sungguh memukau.

SING AND DANCE COMPETITION kali ini dimenangkan oleh Orion dan group nya.  Dengan begitu ia akan maju ke babak grand final yang akan di adakan bulan Desember.

“Airen, thanks ya..” seseorang meletakkan gitar hitam merah begitu saja. Yahh.. ini gitar kesayanganku. Aku menjawab ucapan terimakasih dari Orion dengan senyuman.
“aku pulang dulu ya guys! Bye!” pamitku sambil meraih gitar yang tergeletak di atas meja. Meskipun aku tak mengikuti perlombaan tadi, tapi entah mengapa aku lelah. Aku jadi teringat kejadian saat Orion duduk diantara Reina dan aku.

Sang surya telah kembali ke peraduan. Bintang kembali  menghiasi langit malam. Aku sebagai penikmat bintang tak pernah lupa untuk selalu mengamati keadaan mereka. Apakah mereka baik-baik saja? Ya, mereka selalu baik.
Ddrrttt… ddrrttt… ponselku bergetar tanda telepon masuk.
“Aku ditempat biasa, bias datang?” pesan singkat dari Orion
“Ngapain? Males ahh..” balasku
“Mengamati tata surya, langit lagi bersahabat lho”
“What? Sejak kapan kau menjadi penikmat tata surya?” ku matikan telepon itu denga sembarang.

Aku bangkit dan bergegas ke samping rumah. Orion duduk dengan santai sambil sesekali mengayunkan ayunan. Tempat ini selalu menjadi sejarahku dan Orion. Bahkan saking lamanya cat ayunan itu sampai mengelupas.
“Sejak kapan kau jadi suka melihat bintang?” tanyaku saat mendapatinya menatap ke atas
“baru saja, aku sangat senang memandanginya. So, kalau kamu kangen sama aku lihat aja bintang yang paling bersinar
“What? Gw kangen sama lo?”
“haha..” Orion tertawa, sungguh belum pernah ia tersenyum semanis itu.  Kami berbincang cukup lama. Sebelum pulang orion berkata
“besok pagi berangkat sekolah aku jemput ya”
“enggak ah, terima kasih. Aku diantar ayah saja”
“ini kali terakhirku…” belum sempat dia menyelesaikan ucapannya
“Baiklah kau boleh menjemputku besok”
“Aaarrgghh..” Orion memegang dadanya
“kau baik Orion?” “ ya, aku sangat baik”
Aku berdiri dan baru selangkah aku melangkah, Orion manahanku.
“Airen, bolehkan aku memelukmu?” ku angkat sebelah alisku
“Kali in saja” ucapnya begitu lembut

Aku berfikir sejenak dan belulm sempat aku menjawab, ia telah berhasil menenggelamkanku dalam pelukannya.
“apa maksudmu? Kenapa kau seperti ini?” tanyaku
“diamlah, kau boleh membuka kotak yang kita pendam 7 tahun lalu”
“tidak, aku mau membukanya bersamamu”
“bukalah sendiri. Tanggal 04 Desember kau boleh melihatku di grand final, aku akan menunjukkan padamu bahwa aku bias menjadi bintang diatas panggung. Itu kan yang kita inginkan waktu kecil?” lalu ia melepaskan pelukkannya dan pergi begitu saja”

Hari ini tanggal 04 Desember, tiba dimana Orion beserta groupnya maju ke grand final. Aku bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu hubunganku dengan Orion menjadi sangat dekat. Sebelum berangkat aku sempat mengecek ponselku dan terdapat sebuah sms dengan nama ‘Orion’ terpajang dilayar.
“tolong jaga baik-baik persahabatan kita, meskipun salah satu diantara kita pergi jauh! Dan aku titip group danceku! Aku mencintaimu!”
“apa maksudnya? Hahh…” ku abaikan pesan singkat itu, lalu bergegas berangkat sekolah.

Namun belum sempat aku keluar kamar, Mama Papa sudah berada diambang pintu. Dari raut muka mereka, terlihat seperti orang berduka.
“ada apa ma? Seperti ada yang meninggal saja” tanyaku. Papa menarik nafas panjang lalu berkata
“Airen, Orion.. dia.. dia tiada!” aku yang mendengar perkataan papa seperti tak percaya. Orang yang selalu berada disampingku kini telah tiada? Aku yakin mama dan papa hanya bercanda saja.
“kalian bercanda? Mana mungkin semua ini terjadi?”

Tapi takdir berkata lain. Orion, kenapa dia harus pergi secepat ini? Disaat dia mulai bisa mencintaiku. Kenapa dia meninggalkanku.
“selama ini Orion melawan kanker otak. Ia meminta untuk tak memberitahumu. Dia tak ingin kau terlalu memikirkannya”

Kali ini aku tak bisa menahan benteng pertahananku. Air mata meluncur begitu saja membasahi pipiku. Aku mengiringi kepergiannya menghadap Sang Pencipta. Sedih, aku sangat sedih di tinggalkannya.
Malam ini, aku duduk termenung di ayunan yang biasa ku mainkan dengan Orion. Sekarang ayunan itu hanya aku yang menempati. Aku kembali menatap langit. Ku dapati bintang yang cahayanya begitu terang. Dari mana di berasal? Sebelumnya mana ada bintang  seterang itu? Sedetik kemudian aku teringat Orion.
“kalau kamu kangen sama aku, liat saja bintang yang paling bersinar”

Aku kangen. Kangen sama Orion. Aku beranjak dari ayunan dan mulai mencari kotak yang ku pendam dengan Orion tujuh tahun lalu.

Di dalam kotak itu, terdapat lipatan kertas yang sudah sangat using. Disitu tertulis harapanku dan Orion. Ku buka perlahan dan aku bisa mengenali tulisan itu “ ceker ayam” ejekku sewaktu masih kecil.
“Aku ingin menjadi Bintang yang sangat terkenal di atas panggung. Namun jika semua itu tak bisa ku raih. Aku hanya ingin menjadi bintang dihatimu. Airen”
Air mataku kembali menets.
“Orion” sebutku dengan lirih
“apa kau bisa melihatku saat ini?”
“tak bisakan kau kembali lagi? Aku akan menunjukkan padamu bahwa aku juga bisa menjadi bintang dihatimu. Bintang itu? Mungkinkah itu dirimu?”

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar